Jumat, 11 Oktober 2019

Flashback 1 Si Tukang Rongsok

Dalam termenung, pikiran melayang jauh, mencari khayal yang tak pernah kunjung ku temukan, membawa kembali sederetan kisah perjalan hidup yang tak terasa seolah terlewati begitu saja. Terhempas dan terdampar pada sebuah kisah di tahun 2005, kisah yang menjadi awal petualangan seorang anak kampung.

Sebuah cerita yang terjadi 14 tahun lalu, babak baru yang harus aku jalani selepas menyelesaikan masa-masa sebagai anak SMK, kehidupan baru yang harus aku lalui dan tanggung jawab yang lebih besar menanti di depan mata, dimana kehidupan sesungguhnya baru akan dimulai.

Pernah terbesit dalam benakku untuk melanjutkan ke bangku kuliah, bahkan pernah mendaftar di salah satu Universitas di kota Magelang, kota yang berbatasan langsung dengan kota tempat tinggalku Temanggung.

Meskipun bukan siswa yang pandai, tapi ya gak bodoh-bodoh amat, masuk dalam kategori standar, kalau dibilang pintar, pintarnya gak terlalu, mau disebut bodoh, tapi bodohnya gak parah-parah amat, aku mendaftar di Universitas tersebut sebenarnya lewat jalur beasiswa dan rekomendasi dari salah satu guru SMK ku, lumayanlah bisa lebih hemat ongkos, pikirku hehehe.

Keinginan untuk kuliah lagi sampai sekarang tak pernah kesampaian dan tak pernah terealisasi, karena entah mengapa aku tiba-tiba berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, mungkin karena keinginan untuk bekerja agar bisa dapat penghasilan, dan bisa sedikit meringankan beban orang tua, agar tak sepenuhnya menanggung biaya hidup dan kebutuhanku.

Batal melanjutkan kuliah, pikiranku fokus gimana mencari pekerjaan, surat lamaran satu per satu aku kirimkan ke beberapa perusahaan, entah itu perusahaan rekomendasi dari sekolahan ku, atau perusahaan yang aku cari atas inisiatif sendiri.

Dan Alhamdulilah semuanya tidak ada yang memberikan respon, hidup sebagai pengangguran rasanya gimana gitu, mau beli apa-apa nunggu jatah dari orang tua, dan rasanya sungkan kadang juga malu kalau terus-terusan minta orang tua, ditambah lagi setiap bangun tidur bingung mau apa, karena teman-teman satu kampung, juga teman-teman sekolah rata-rata mereka sudah bekerja.

Karena bingung mau kerja apa, nunggu panggilan kerja gak dipanggil-panggil, sampai lupa kalau sudah pernah mengirim surat lamaran kerja, akhirnya aku ditawari buat ikut salah satu adik simbokku, yang waktu itu bekerja jadi tukang rongsok, kerjanya membeli barang-barang bekas alias rongsok dari para warga kampung, kemudian menjualnya kepada pengepul barang-barang bekas, atau depo rongsok.

Hari pertama jadi tukang rongsok, rasanya masih minder alias malu, malu kalau sampai ketemu teman seangkatan yang sudah pada kerja, kadang ada gengsi juga, sebagai lulusan SMK favorit mosok cuma kerja jadi tukang Rongsok, tapi rasanya senang juga karena hari itu, hari dimana kurasakan nikmatnya hasil keringat sendiri.

Meski hasilnya gak banyak tapi rasanya beda dengan uang hasil pemberian orang tua, pekerjaan ini aku jalani kurang lebih dalam waktu 4 bulan, karena setelah itu ada panggilan kerja dari PT YIMM Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan Alhamdulilah saya diterima kerja sebagai operator disana, meskipun dengan status karyawan kontrak.

Dari pengalaman menjadi tukang rongsok, meskipun waktu itu masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, karena kadang disamakan dengan pemulung, namun ada beberapa pelajaran yang dapat aku ambil dan menjadi bekal dalam perjalan hidup sampai sekarang, dengan pernah menjadi tukang rongsok, mengajarkan aku mental yang kuat, untuk membuang rasa malu dan gengsi menjalani semua profesi yang penting halal.

Yang kedua janganlah kita pilih-pilih pekerjaan, karena latar belakang pendidikan apapun tidak menjamin kita mendapatkan pekerjaan, sesuai bidang dan kemauan kita, namun saat kita tidak memilah dan memilih pekerjaan apapun, yang penting halal dan tidak melanggar hukum, maka kita tidak akan kesulitan memperoleh pekerjaan, lebih baik menjadi tukang rongsok dari pada tidak bekerja sama sekali.

Lebih baik kerjakan apapun pekerjaan dan peluang yang ada, meskipun terkadang dinilai kurang baik, sambil menunggu dan mencari pekerjaan yang lebih baik, karena sesusah-susahnya orang bekerja, masih lebih susah orang yang tidak memiliki pekerjaan alias menganggur.

Ingat rezeki sudah ada yang mengatur, pekerjaan atau profesi apapun hanya perantara datangnya rezeki, maka semua profesi dan pekerjaan apapun bisa membuat orang menjadi sukses, dan profesi atau pekerjaan apapun juga tidak bisa menjamin orang menjadi sukses.

4 komentar:

  1. rezeki itu ibarat pohon mangga yang berbuah ya mas, tergantung dengan mereka yang mau mendapatkan buahnya, kalau berusaha dan berdoa, saya yakin rezeki terus mengalir

    BalasHapus
  2. Betul sekali mas, rejeki sudah ada yang ngatur tinggal kita berusaha sebagai jalan datangnya rejeki.

    BalasHapus
  3. Yap bener banget, jaman sekarang kalau gedein gengsi mah yang ada perut laper. Sangat menginspirasi mas kisahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, yang penting kerja dan halal mas, gak usah terlalu pilih pilih pekerjaan, mending jadi tukang rongsok dari pada nganggur.

      Hapus